Minggu, 17 September 2017

Sok Ng-Akrab



Salah satu hal yang saya sukai ketika mentransisikan diri pada sebuah lingkungan yang baru adalah menemukan suasana yang baru pula, teman maupun karakter eksentrik yang unik dari mereka. Biasanya  sih hal yang saya lakukan pertama kali pada lingkungan tersebut adalah sebuah kegigihan untuk mengenal (Peng-Akraban), serta ketakutan kalo dikacangin. Entah ini merupakan genetik parsial bawaan dari ayah saya atau memang bawaan sifat alamiah semasa di Sekolah Dasar menjadikan saya masuk ke dalam pribadi extrovert, atau lebih jauh lagi adalah pribadi extra unique extrovert.
Jika dirincikan secara eksplisit lagi maka ada tiga tahapan yang biasanya saya lakukan pada fase Peng-Akraban ini ; pertama adalah menanyakan nama, kedua adalah kabar, dan ketiga adalah asal (Fakultas/ Universitas/ Daerah). Respond yang digambarkan jelas tidak akan sama dari satu sifat ke sifat lainnya maupun satu orang ke orang lainnya. Ada yang menanggapi dengan antusiasme dan kemudian membentuk sinergi  di dalamnya. Ada pula yang tersipu sapu karena malu. Atau bahkan menanggapi dengan ratapan sinis senyuman bengis.
 Untungnya adalah, dari impresi pertama yang digambarkan pada awal pertemuan tersebut saya bisa belajar  bagaimana membangun hubungan interaksi yang baik dengan mereka di waktu paruh lainnya. Perbedaan karakterisitik yang kentara tersebut juga membuat saya bisa berfikir dulu sebelum berbicara. Menimbang sebelum bertindak. Agar tidak menyakiti maupun menyinggung. Sehingga terkorelasilah diri saya dengan mereka dalam stigma positif yang membangun. Berteman hingga akhir hayat. Mengenang dan dikenang.
Impresi pertama menentukan tindakan-tindakan selanjutnya. Pada kasus Ng-Akrab ini jelas akan terjadi respond yang berbeda dari berbagai karakter. Pentingnya evaluasi dalam memposisikan adalah tindakan berikutnya yang harus dilakukan. Ketika berhadapan dengan satu karakter yang senang bersinergi maka langkah berikutnya adalah mempertahankan hubungan tersebut, lebih dari itu baiknya lagi adalah meningkatkan. Agar tetap nyaman dalam indah manisnya ukhuwah. Namun, lain ceritanya apabila respond yang dimunculkan adalah respond Negasi yakni keacuhan. Secara pribadi, menanggapi hal seperti ini adalah suatu hal yang sulit, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Langkahnya adalah perlahan, sabar dan masif dalam membangun interaksi dengan karakter tersebut. Bukan hanya pada pertemuan pertama saja, tapi juga secara sustain dipertemuan-pertemuan selanjutnya.

Belajar Ng-Akrab
          Pada sebagian orang, Ng-Akrab di awal perjumpaan adalah suatu hal yang tabu. Tak jarang sebagian orang ini pula akan menginterpretasikan Ng-Akrab pada suatu hal yang menganggu dan aneh. Bahkan kadang diidentikan sebagai system modus dalam ajang pencarian jodoh impian masa depan, apalagi yang Ng-Akrab ini adalah seorang jomblo yang memiliki kehirarkian jomblo permanen. Bagi saya sendiri dengan melakukan Peng-Akraban maka masuk pula pada awal proses menanggalkan kepongahan dalam keegoisan. Menanggalkan diferensiasi nyata antara si A dan si B juga zona disintegrasi yang acapkali menjadi pemicu keretakan dalam hubungan pertemanan. Pentingnya Ng-Akrab di awal pertemuan juga dapat menjadi pemicu untuk bertemu di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Apalagi jika berada pada posisi mentor/ ketua di sebuah organisasi ataupun kepanitiaan. Menjadikan tempat yang asik dalam bercakap dan berkomunikasi. Dan akhirnya adalah keberlanjutan dalam hubungan, interaksi, maupun berteman. Jadi? Ayo belajar untuk Akrab.

Tulisan ini diterbitkan di selasar dengan beberapa penyesuaian
https://www.selasar.com/jurnal/38593/Belajar-Akrab )



Ibnu Dharma Nugraha
Twitter : @_IbnuDharma
Share:

0 komentar:

Posting Komentar