Sabtu, 20 Januari 2018

Duga yang Berhelat

Ajaib merupakan suatu peristiwa yang sukar diterima oleh nalar bagi sebagian kita yang terbiasa berfikir bahwa ukuran kebenaran haruslah bersifat rasional, terukur, kasat mata maupun tangible. Sesuatu yang muncul dari luar asumsi, sangkaan, ekspektasi atau bahkan rasa yang kita harap tidak didera. Pernah mengalami? Atau sering dirasakan?

Dimulai pada hari ini, tanggal yang sama, tahun berbeda saya merasakan momento unik ini, ketika dugaan yang kita harap justru berhelat pada haluan ekstrim yang berbeda, semakin jelas mengisyarakatkan bahwa manusia bukanlah apa-apa di dunia yang luas ini, juga menegaskan bahwa kita manusia memang sudah sepatutnya untuk merendahkan hati, mengecilkan bangga serta menurunkan pongah.

Akhir tahun 2016. Bulan Desember, atas dorongan beberapa kerabat di Eksekutif Mahasiswa (EM UB 2016) saya diminta untuk meneruskan eskalasi pengabdian dalam ranah pendidikan di Brawijaya Mengajar EM UB 2017. Setelah melewati beberapa tahapan seperti pengiriman berkas, pemaparan visi-misi, penjelasan program kerja maupun sesi wawancara akhirnya diterimalah saya sebagai Pengurus Harian dalam organisasi ini. Mulailah saya menduga tentang kejadian berikutnya yang akan saya lakukan, tentang hal yang akan saya berikan, tentang hal yang akan terjadi dalam hidup saya.

Mengawalinya dengan dugaan memang menjadi rutinitas asik yang sering saya lakukan. Toh, sebagai manusia bukankah wajar untuk menduga/ merencanakan suatu kejadian? Namun, apa yang terjadi?

Semakin dalam saya mengenal, semakin jauh saya tahu, semakin sadar bahwa saya hanyalah sebuah renik di dalam kehidupan ini. Bahwa memang manusia bukanlah apa-apa. Juga semakin menguatkan saya untuk yakin dan percaya akan KeesaanNya, akan KeajaibanNya. Diawal menjadi Pengurus Harian ini pikiran saya sudah berlarian kemana-mana, mulai dari dugaan akan mendapatkan IP yang rendah karena faktor kesibukan (katanya), namun faktanya, Alhamdulillah masih masuk dalam kategori aman (versi saya).

Mulai lagi dugaan kedua yakni tentang kerunguhan saya yang berpikir akan banyak memberikan social impact kepada sekolah binaan, siswa-siswi SD hingga kepada teman-teman di Brawijaya Mengajar, namun dalam prosesnya justru saya yang lebih banyak menerima dibandingkan dengan apa yang saya berikan. Dugaan yang saya kira tepat justru berhelat, berpindah melesat ke dalam haluan ekstrim yang sama sekali tidak pernah saya akalkan sebelumnya.

Percaya
Dalam takaran kehidupan selalu banyak kejadian yang tidak pernah kita sangkakan, diluar dugaan atau bahkan tidak terbesit untuk kita bayangkan. Sebagai manusia kita hanya bisa untuk merencakan, berikhtiar juga tawakal. Hasilnya tetaplah bermuara pada satu hal yakni ketetapanNya, Menduga mungkin saja bisa menenangkan pikiran untuk sejenak atau dalam konteks tertentu justru membunuh harapan serta impian yang selalu dielu-elukan. Maka, kunci akhirnya adalah yakin dan percaya akan ketetapanNya bahwa sebaik-baiknya rencana kita selalu jauh lebih baik rencana Allah untuk kita. Toh, siapa juga yang mengira akan ada yang membaca tulisan saya pada kali ini?

Kuningan,
20/01/2018
Ibnu Dharma Nugraha