Salah satu hal yang saya sukai
ketika mentransisikan diri pada sebuah lingkungan yang baru adalah menemukan
suasana yang baru pula, teman maupun karakter eksentrik yang unik dari mereka.
Biasanya sih hal yang saya lakukan
pertama kali pada lingkungan tersebut adalah sebuah kegigihan untuk mengenal
(Peng-Akraban), serta ketakutan kalo dikacangin.
Entah ini merupakan genetik parsial bawaan dari ayah saya atau memang bawaan
sifat alamiah semasa di Sekolah Dasar menjadikan saya masuk ke dalam pribadi extrovert, atau lebih jauh lagi adalah
pribadi extra unique extrovert.
Jika dirincikan secara
eksplisit lagi maka ada tiga tahapan yang biasanya saya lakukan pada fase
Peng-Akraban ini ; pertama adalah menanyakan nama, kedua adalah kabar, dan
ketiga adalah asal (Fakultas/ Universitas/ Daerah). Respond yang digambarkan jelas tidak akan sama dari satu sifat ke sifat
lainnya maupun satu orang ke orang lainnya. Ada yang menanggapi dengan antusiasme dan
kemudian membentuk sinergi di
dalamnya. Ada pula yang tersipu sapu karena malu. Atau bahkan menanggapi dengan
ratapan sinis senyuman bengis.
Untungnya adalah, dari impresi pertama yang
digambarkan pada awal pertemuan tersebut saya bisa belajar bagaimana membangun hubungan interaksi yang
baik dengan mereka di waktu paruh lainnya. Perbedaan karakterisitik yang
kentara tersebut juga membuat saya bisa berfikir dulu sebelum berbicara.
Menimbang sebelum bertindak. Agar tidak menyakiti maupun menyinggung. Sehingga
terkorelasilah diri saya dengan mereka dalam stigma positif yang membangun.
Berteman hingga akhir hayat. Mengenang dan dikenang.
Impresi pertama menentukan
tindakan-tindakan selanjutnya. Pada kasus Ng-Akrab ini jelas akan terjadi respond yang berbeda dari berbagai karakter.
Pentingnya evaluasi dalam memposisikan adalah tindakan berikutnya yang harus
dilakukan. Ketika berhadapan dengan satu karakter yang senang bersinergi maka langkah
berikutnya adalah mempertahankan hubungan tersebut, lebih dari itu baiknya lagi
adalah meningkatkan. Agar tetap nyaman dalam indah manisnya ukhuwah. Namun, lain ceritanya apabila respond yang dimunculkan adalah respond
Negasi yakni keacuhan. Secara pribadi, menanggapi hal seperti ini adalah suatu hal yang sulit, bukan
berarti tidak bisa dilakukan. Langkahnya adalah perlahan, sabar dan masif dalam membangun interaksi dengan karakter tersebut. Bukan hanya pada pertemuan pertama saja, tapi juga secara sustain dipertemuan-pertemuan selanjutnya.
Belajar
Ng-Akrab
Pada
sebagian orang, Ng-Akrab di awal perjumpaan adalah suatu hal yang tabu. Tak
jarang sebagian orang ini pula akan menginterpretasikan Ng-Akrab pada suatu hal
yang menganggu dan aneh. Bahkan kadang diidentikan sebagai system modus dalam ajang
pencarian jodoh impian masa depan, apalagi yang Ng-Akrab ini adalah seorang
jomblo yang memiliki kehirarkian jomblo permanen. Bagi saya sendiri dengan melakukan Peng-Akraban maka
masuk pula pada awal proses menanggalkan kepongahan dalam keegoisan. Menanggalkan
diferensiasi nyata antara si A dan si B juga zona disintegrasi yang acapkali
menjadi pemicu keretakan dalam hubungan pertemanan. Pentingnya Ng-Akrab di awal
pertemuan juga dapat menjadi pemicu untuk bertemu di pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Apalagi jika berada pada posisi mentor/ ketua di sebuah organisasi ataupun
kepanitiaan. Menjadikan tempat yang asik dalam bercakap dan berkomunikasi.
Dan akhirnya adalah keberlanjutan dalam hubungan, interaksi, maupun
berteman. Jadi? Ayo belajar untuk Akrab.
Tulisan ini diterbitkan di selasar dengan beberapa penyesuaian
( https://www.selasar.com/jurnal/38593/Belajar-Akrab )
Tulisan ini diterbitkan di selasar dengan beberapa penyesuaian
( https://www.selasar.com/jurnal/38593/Belajar-Akrab )
Ibnu Dharma Nugraha
Twitter : @_IbnuDharma
0 komentar:
Posting Komentar