Fase transisi merupakan fase
yang membingungkan, dibenturkan pada sebuah kenyataan bahwa setiap insan
dipaksa teralihkan dalam sebuah keadaan. Dengan tuntutan untuk mulai
menanggalkan kelakuan yang ia biasakan. Berubah, diubah, bahkan mengubah. Si
insan yang bijak akan memilih jalur transisi yang benar. Mengantarkannya pada
roda kebaikan. Dipaksakan untuk keluar dari zonansi nyamannya. Lagi dan lagi,
hingga terbiasa dan terbentuklah kebiasaan. Sebaliknya, si insan yang lena akan
berjalan tetap tanpa pertimbangan. Mengacuhkan segala perubahan. Masuk pada jalur
yamg sama bahkan tak luput dari kesalahan. Mengantarkannya pada sebuah
kesamaran rasa nyaman. Terlena dilenakan hingga terbiasa dan terbentuklah
kebiasaan.
Fase transisi : fase
pendewasaan. Tak jarang, bentuk konkrit dewasa yang sebenarnya di awali pada
fase ini. Jelasnya mengartikan fase ini bukan hanya tentang berkurangnya usia
kehidupan, bukan pula tentang bertambahnya tinggi badan. Lebih dari itu adalah
perubahan mindset untuk mendewasakan segala hal, sebut saja pemikiran,
kelakuan, dan juga kebiasaan. Setiap insan yang masuk pada fase ini akan
dihadapkan pada sebuah pilihan dua jalur perubahan. Tetap menetap dengan sikap
dan pola pemikiran lamanya atau mentrasisikan diri pada sebuah kemungkinan
untuk mulai mendewasakan. Masuk pada zonansi
aman yang nyaman atau belajar untuk keluar berhadapan dengan liku dan
juga pilu proses kebaikan.
Fase transisi terkuat yang
saya alami adalah ketika memasuki bangku perkuliahan. Diferensiasi ruang serta
kegiatan mengharuskan saya untuk mengubah banyak hal ditambah lagi dengan
ketiadaan sanak famili di Kota Malang tempat saya kuliah. Lalu dengan banyaknya
sikap dan perilaku yang ditampilan mengkondisikan kehidupan kuliah yang syarat
dengan kompleksitas, merangsang pemikiran untuk merubah kelakuan, dan
mementokan kembali impian saya di masa yang akan datang. Jelas, untuk Menafikan
diri pada kebiasaan lama adalah suatu hal yang rumit, merelakan kenyamanan
digantikan dengan kepedihan adalah suatu hal yang sulit. Untuk berhasil pada
fase transisi ini tidak bisa sendirian, perlu teman dan kawan untuk mendukung
serta memotivasi. Maka, hal yang harus dilakukan di awal kuliah adalah dengan
mencari kawan yang sejalan dengan pemikiran, seyakin dengan impian serta sekuat
dalam proses kebaikan.
Ketika mentrasisikan diri pada
sebuah keadaan bukan lampau. Sebuah permainan dan seperangkat aturan baru pun
akan berlaku. Menarik energi mimpi dalam realisasi. Merenung sejenak untuk
beraksi. Beberapa insan akan kuat dalam menjalani. Beberapa lagi akan mengalami
kemorosotan semangat dan antusiasme lalu kembali pada rutinitas lama yang sama.
Maka, untuk memberikan hasil yang permanen dan berjangka panjang adalah dengan
mengingat, bahwa ada banyak impian yang harus direalisasikan. Ada
kebaikan yang harus disalurkan serta ada kebermanfaatan yang harus dibangunkan.
Maka Bentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu akan membentukmu.
Tulisan ini diterbitkan di selasar dengan beberapa penyesuaian
( https://www.selasar.com/jurnal/38529/Fase-Transisi )
Tulisan ini diterbitkan di selasar dengan beberapa penyesuaian
( https://www.selasar.com/jurnal/38529/Fase-Transisi )
Ibnu Dharma Nugraha
Tulisan ini
terinspirasi dari inspiring story kawan saya yaitu Abdul Latif, FILKOM UB 2015.
0 komentar:
Posting Komentar