Mengawali
tahun 2016, saya diberi kesempatan untuk bisa merasakan banyak sekali
perjalanan dalam menempuh pelajaran di bangku Pendidikan. Eits, tapi ini bukan
hanya tentang perjalanan saya, ini tentang perjalanan aku, kamu, kamu lagi dan
mereka (Siswa-siswi SDn 03 Ngabab dan Mi Miftahul Ulum). Yaps, kesempatan
menjadi seorang pengajar merupakan kesempatan yang jujur luarbiasa sekali, jauh
dari ekspektasi atau bahkan mungkin tidak pernah saya ekspektasikan sebelumnya.
Untuk memulai menjadi pengajar
di Brawijaya Mengajar sebenarnya ada dua jalur, yang pertama adalah harus
menjadi staff Eksekutif Mahasiswa EM UB, dan yang kedua yaitu menjadi Volunteer
Pengajar, sebenarnya sama saja, yang membedakan hanya tugasnya, jika staff
mengurus masalah internal serta eksternal dalam Brawijaya Mengajar, sedangkan
Volunteer hanya pada bagian pengajaran, penyususunan RPP. Oke pertama-tama
singkirkan stratifikasi social seperti ini, karena bagi saya Brawijaya Mengajar
itu ya mahasiswa Brawijaya yang mengajar, EM maupun Volunteer dan lain
sebagainya tidak menjadi masalah, yang terpenting niat dalam hati yang
ditunjukan dengan aksi nyata di kamis malam dan sabtu pagi (hayo masih pada
ingat? Hehe). saya sendiri mendaftar menjadi staff EM UB karena pada saat itu
sudah open recruitment duluan, jadi saya kira kesempatan harus bisa
dimanfaatkan sebaik mungkin, selanjutnya saya siapkan segala macamnya untuk
bisa lolos tahap interview, latihan di depan webcam, stalking semua social
media BM, bahkan stalking yang sering stalking BM (semacam perlombaan sudah
sejauh mana teman saya mengenal BM, hehe). kemudian interview dan alhamdullilah
diberikan kesempatan untuk belajar disini, di tempat yang selalu memberikan
cerita unik di setiap sabtunya. Hari pertama mengajar? Bagaimana?
Hari itu menjadi hari yang
tidak biasa, ku matikan nada alarm yang memekakan telingaku dan mungkin telinga
di kamar sebelahku, aku pun bersiap untuk beranjak pergi ke kampusku kampus
brawijaya, jujur tidak biasa karena hari itu adalah hari libur hari sabtu, yang
dimana kebanyakan mahasiswa menggunakannya untuk mengerjakan tugas atau mungkin
beristirahat dari penatnya laporan mingguan. Hehe. pada hari itu SDn 03 Ngabab
sedang libur sehingga pengajaran dialihkan ke MI Miftahul Ulum, kemudian kami
pun berangkat menuju titik pengabdian, Dekat? Tidak, Jauh? Banget. Waktu yang
ditempuh dari brawijaya ke MI Miftahul Ulum sekitar 1 jam, rasanya seperti
berkendara dari Kuningan ke Cirebon, hehe. sampai disana kami disambut dengan
riangnya siswa-siswi MI Miftahul Ulum, ada yang manis nyatanya bengis, lari ke
sana- ke sini, memanjat pagar, memanjat harapan yang tidak pernah tercapai juga
ada, -_-“, singkat cerita, setiap pengajar di plotting ke setiap kelas, dan
saya kebagian di kelas 4, tidak banyak yang saya ingat di pengajaran pada hari
itu, yang paling saya ingat yaitu bermain Indonesia Pintar dengan teman-teman
pengajar di sela waktu istirahat, bersama ka Wildan, ka Subhan, ka Gery, ka
Ilham, Kaka-ka yang selalu saya sebut sebagai sesepuh BM, haha. hari itu
menjadi pengajaran pertama saya setelah kurang lebih 3 tahun saya tidak pernah
mengajar lagi.
Tahun 2016, Tahun Keajaiban,
terdengar Lebay, tapi memang seperti itu pada kenyatannya, meluangkan waktu di
kamis malam untuk briefing, sabtu pagi hingga siang untuk mengajar, bersenda
gurau dalam seriusnya sebuah rapat (zaman itu saya masih cukup lucu, hehe),
menjadi admin di Social Media BM, membuat Report pengajaran setiap mingggunya,
dan masih banyak lagi kenangan yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu
disini. terimakasih untuk mas Medi (Ketua BM Ank. IV) yang telah memberikan
saya kesempatan untuk bisa belajar disini, di keluarga kedua dalam perantauan
ini, untuk mba Titi (Wakil Ketua BM) yang selalu peduli dalam senyap, untuk mas
Ipul dan Inggit yang telah menjadi partner selama di Infokom BM, untuk Dayat
dan Dian Wulan yang selalu semangat dalam menangani Ekskul, untuk Ummi yang
menjadi boncengan pertama saya mengajar, untuk Avuan yang selalu saya ingat
kegaringannya dalam berkomedi, untuk Mas Alif yang selalu memimpin rapat dalam
bahasa Inggris dan Arab, untuk Yusdar dan Enta yang selalu Stay Cool dalam
setiap rapat, untuk Mba Sarah dan Mba Ayun yang selalu punya kegiatan untuk BM,
untuk Dhiya Husna sang sekretaris yang super sekali, untuk Arin, rekan
bercerita di pengajaran awal, untuk Deyla dan Safira yang cukup rempong kalo
ada anak yang bandel, untuk Eka yang punya ketawa paling keras kalo saya
ngelucu, untuk Ka Afifah Salsabila, kaka ter tidak jelas di Brawijaya Mengajar,
yang sok jutek di awal perkenalan, untuk mas Subhan, mas Wildan, mas Ilham dan
mas Gery yang menjadi guru dalam manisnya pengabdian dan untuk Staff Muda dan
juga Volunteer yang telah menjadi bagian dari Rumah ini, maaf tidak bisa saya
sebutkan satu-persatu.
Pada akhirnya satu tahun itu
menjadi tahun yang sangat berharga bagiku, menjalani hari sabtu dengan kegiatan
pengajaran telah sedikit membuka paradigmaku terhadap dunia pengajaran, bahwa
menjadi pengajar tidak melulu soal mengajar, tapi lebih dari itu kita juga bisa
belajar dari mereka anak-anak Sekolahh Dasar, dari semangat yang selalu terpatri dalam senyumannya. Menjadi
pengajar juga bukanlah tentang sebuah eksistensi, tapi ini tentang keikhlasan,
cinta dan kasih sayang dalam pengabdian. Ya waktu itu mungkin telah berakhir
tapi kenangan, pelajaran, dan canda tawa itu jelas akan selalu terukir dalam
memoar diriku dalam sanubari jiwaku, dan ini adalah tapak pengabdianku dan juga
kita, yang akan selalu dikenang dan mengenang. Terimakasih satu tahun itu,
senang bisa mengenal kalian. Pengajar Brawijaya Mengajar Angkatan IV.
Note : Tulisan ini telah di posting sebelumnya di Website Brawijaya Mengajar. Klik Disini untuk Melihat Lebih
Note : Tulisan ini telah di posting sebelumnya di Website Brawijaya Mengajar. Klik Disini untuk Melihat Lebih
0 komentar:
Posting Komentar