Ajaib merupakan suatu peristiwa yang sukar diterima oleh nalar bagi
sebagian kita yang terbiasa berfikir bahwa ukuran kebenaran haruslah bersifat
rasional, terukur, kasat mata maupun tangible. Sesuatu yang muncul
dari luar asumsi, sangkaan, ekspektasi atau bahkan rasa yang kita harap tidak
didera. Pernah mengalami? Atau sering dirasakan?
Dimulai pada hari ini, tanggal yang sama, tahun berbeda saya merasakan
momento unik ini, ketika dugaan yang kita harap justru berhelat pada haluan
ekstrim yang berbeda, semakin jelas mengisyarakatkan bahwa manusia bukanlah
apa-apa di dunia yang luas ini, juga menegaskan bahwa kita manusia memang sudah
sepatutnya untuk merendahkan hati, mengecilkan bangga serta menurunkan pongah.
Akhir tahun 2016. Bulan Desember, atas dorongan beberapa kerabat di
Eksekutif Mahasiswa (EM UB 2016) saya diminta untuk meneruskan eskalasi
pengabdian dalam ranah pendidikan di Brawijaya Mengajar EM UB 2017. Setelah
melewati beberapa tahapan seperti pengiriman berkas, pemaparan visi-misi,
penjelasan program kerja maupun sesi wawancara akhirnya diterimalah saya
sebagai Pengurus Harian dalam organisasi ini. Mulailah saya menduga tentang
kejadian berikutnya yang akan saya lakukan, tentang hal yang akan saya berikan,
tentang hal yang akan terjadi dalam hidup saya.
Mengawalinya dengan dugaan memang menjadi rutinitas asik yang sering saya
lakukan. Toh, sebagai manusia bukankah wajar untuk menduga/ merencanakan suatu
kejadian? Namun, apa yang terjadi?
Semakin dalam saya mengenal, semakin jauh saya tahu, semakin sadar bahwa
saya hanyalah sebuah renik di dalam kehidupan ini. Bahwa memang manusia
bukanlah apa-apa. Juga semakin menguatkan saya untuk yakin dan percaya akan
KeesaanNya, akan KeajaibanNya. Diawal menjadi Pengurus Harian ini pikiran saya
sudah berlarian kemana-mana, mulai dari dugaan akan mendapatkan IP yang rendah
karena faktor kesibukan (katanya), namun faktanya, Alhamdulillah masih masuk
dalam kategori aman (versi saya).
Mulai lagi dugaan kedua yakni tentang kerunguhan saya yang berpikir akan
banyak memberikan social impact kepada sekolah binaan,
siswa-siswi SD hingga kepada teman-teman di Brawijaya Mengajar, namun dalam
prosesnya justru saya yang lebih banyak menerima dibandingkan dengan apa yang
saya berikan. Dugaan yang saya kira tepat justru berhelat, berpindah melesat ke
dalam haluan ekstrim yang sama sekali tidak pernah saya akalkan sebelumnya.
Percaya
Dalam takaran kehidupan selalu banyak kejadian yang tidak pernah kita
sangkakan, diluar dugaan atau bahkan tidak terbesit untuk kita bayangkan.
Sebagai manusia kita hanya bisa untuk merencakan, berikhtiar juga tawakal.
Hasilnya tetaplah bermuara pada satu hal yakni ketetapanNya, Menduga mungkin
saja bisa menenangkan pikiran untuk sejenak atau dalam konteks tertentu justru
membunuh harapan serta impian yang selalu dielu-elukan. Maka, kunci akhirnya
adalah yakin dan percaya akan ketetapanNya bahwa sebaik-baiknya rencana kita
selalu jauh lebih baik rencana Allah untuk kita. Toh, siapa juga yang mengira
akan ada yang membaca tulisan saya pada kali ini?
Kuningan,
20/01/2018
Ibnu Dharma Nugraha