Pemira telah usai, menandakan roda kepemimpinan akan beralih pada generasi
milenial selanjutnya, mengartikan juga akan rampungnya kepengurusan organisasi
di periode tahun ini. Seperti biasa dan yang sudah sudah ada dua kondisi pada
fase akhir prosesnya.
Kondisi pertama tetap mesra, tetap sama walau dalam kondisi yang berbeda,
tetap bersua walau hanya dalam ranah social media. Dan kondisi
kedua adalah hal yang saya tidak suka. Acuh pada pertemuan, dianggap biasa
dalam percakapan, mengalami stagnasi akut pada ujung organisasinya. Hmm.
Beberapa harus sadar, atau memang perlu disadarkan?
Sadar kah kalo punya suatu ikatan itu adalah suatu hal yang langka? Sadar
kah serunya ketika permasalahan yang ada dapat diselesaikan dalam horizon
kekeluargaan? Sadar kah ketika canda tawa bisa jadi pelipur lara dalam zona
perantauan? Ketika keluarga di kampung tidak bisa ditemui setiap hari, namun di
sini masih banyak teman-teman yang bisa menemani? Sadar bahwa ngga semua orang
bisa ngerasin rutinitas tiap minggu ini? Mengingat juga banyak orang yang gagal
pada strata awal sebelum masuk ke dalam ikatan organisasi ini? Sadar?
Bersikap acuh pada periode akhir organisasi ini bukanlah suatu hal yang
bijak teman. Menyikapi dengan cara menjauh bukan juga cara yang tepat. Berfikir
dengan konteks tidak adanya saya pun semua proker dapat berjalan juga tidak
benar.
Bagi saya organisasi bukanlah hal yang remeh seperti itu, memang benar, ada
ataupun tidak adanya saya/ kamu sebuah organisasi mungkin saja masih dapat
berjalan. Namun pasti akan ada hal yang hilang. Bisa jadi tentang makna
sebenarnya ada disini, bukan hanya tentang program kerja tapi lebih daripada
itu; proses yang mendewasakan, kualitas berinteraksi, menyikapi perbedaan
opini, menyikapi permasalahan antar pribadi. Dan yang terpenting adalah ukhuwah
kontinu kita pada fase setelah organisasi nantinya. Tidak mau dan tidak ingin
saya apabila di pertemuan-pertememuan selanjutnya kita menjadi pertemuan yg
tabu dan asing, seolah tidak kenal padahal dulu saling mengenal, seolah lupa padahal
dulu selalu bersua.
Di 1 bulan sebelum demisioner ini sepertinya saya dan mungkin kamu bisa
sejenak untuk berkontemplasi pada kondisi final organisasi ini. Waktu tidak
pernah bisa kembali termasuk impresi kita pada tempo mingguan ini. Candaan
recehmu apalagi, mungkin tidak akan bisa lagi ditemui. Gores luka jelas selalu
ada, tapi bukankah itu yang akan jadi cerita? Sebentar lagi kisah kita akan
berakhir tapi saya yakin kenangan-kenangannya selalu bisa terukir.
Jadi, maukah kamu untuk mengukir kisah, momento serta memoar kita di 1
bulan terakhir organisasi ini? Menjadi akhir yang indah seperti pertemuan
paruh dan awal waktu kita? Mari mengukir sebelum pertemuan kita
setelahnya menjadi pertemuan yang langka. Semoga Allah tetap memberi kita
kesempatan untuk bertemu juga bersua walau dalam keadaan ataupun situasi yang
berbeda. Semoga
"Jika nanti kita jauh dan sesekali kamu bertanya dalam ragu, apakah
aku rindu? Kamu tau jawabnya adalah selalu" (Anonim, 2016)
03/12/2017
Satu Bulan Menjelang Demisioner
Ibnu Dharma